Warga Ngaku Sudah Biasa

Warga Ngaku Sudah Biasa

\"\"Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) memprediksi ketersediaan air baku hanya cukup sampai Oktober mendatang. Kondisi ini tidak lain disebabkan berkurangnya pasokan dari mata air Cipaniis karena kemarau. Masyarakat pun sudah bersiap-siap mengantisipasi kekurangan air. Tapi rupanya mereka sudah terbiasa dengan kondisi ini. EKSPRESI wajahnya datar saja ketika ditanya kemungkinan akan berkuranganya pasokan air PDAM setelah Oktober mendatang. Sehari-harinya warga RT 2 RW 5 Kelurahan Pegambiran, Sayuni (42), sudah sering mengalami masalah dengan aliran air yang sering mampet. Selain mengganggu aktivitas, pola hidup pun berubah karena aliran air yang hanya menyala pada jam tertentu saja. “Sudah biasa,” ucap dia singkat. Setiap harinya, Sayuni dan tentu saja warga di sekitar tempat tinggalnya hanya mendapatkan aliran air hingga pukul 05.30 di pagi hari dan setelah itu air mampet. Kondisi ini memaksa pola hidup warga pun berubah, sebab harus bangun sejak dini hari untuk bisa menampung air dan melaksanakan aktivitas rumah tangga. “Setiap hari bangun jam 03.30. Kalo bangun siang, nggak bisa nyuci,” ujar Sayuni, yang kesehariannya mengajar di SMPN 10 Kota Cirebon. Setelah mampet di pagi hari, mulai pukul 10.00 hingga pukul 16.00, kemudian aliran air kembali menyala sekitar pukul 20.00 hingga subuh. Aliran air yang tidak 24 jam inilah yang kemudian membuat pola hidupnya berubah. Sebagai seorang guru, tentu saja siang hari, dirinya tidak berada di rumah. Sehingga aktivitas rumah tangga baru bisa dilaksanakan saat air menyala. “Itu juga nyalanya kecil sekali, lama nungguinnya,” keluhnya. Mengenai persiapannya untuk mengantisipasi makin berkurangnya aliran air PDAM karena musim kemarau, Sayuni mengaku, biasa memanfaatkan sumur tetangganya. Sumur air tanah tersebut sangat berguna, khususnya ketika aliran air PDAM mengalami gangguan seperti beberapa waktu lalu. “Ya ngangkut air. Sehari 25 ember untuk bak, belum untuk tempat cucian,” katanya. Kondisi serupa juga dialami warga RT 2 RW 2 Kelurahan Kesambi, Neneng (43), saat aliran air PDAM mati total karena kebocoran pipa di Desa Plangon, Kabupaten Cirebon, dirinya harus mengeluarkan uang ekstra sebesar Rp50 ribu per hari. “Waktu itu PDAM kan mati lima hari, saya bisa habis Rp50 ribu sehari, soalnya satu ember Rp2 ribu,” tuturnya. Kebutuhan air tersebut, diakuinya tidak bisa ditawar lagi apalagi untuk mandi, masak, dan cuci. “Kebetulan di rumah nggak ada pompa air,” akunya. Untuk antisipasi kalau sampai aliran air PDAM bermasalah lagi karena kemarau panjang, Neneng mengaku akan membeli pompa air. “Ya terpaksa beli pompa air, daripada nanti keluar Rp50 ribu sehari,” ucapnya. Lain lagi dengan warga RT 6 RW 12 Karya Bakti, Kelurahan Larangan, Jojo Sutarjo, yang sudah mempersiapkan mesin pompa air untuk antisipasi terjadinya krisis air. Sehari-harinya, memang aliran air nyaris tidak ada masalah di kawasan tempat tinggalnya. “Tapi kalau sampai mampet lagi, saya kebetulan punya pompa air tanah. Saya waktu kekurangan air beberapa waktu lalu saya bikin pompa air. Ya sangat menolong saat krisis air. Tetangga bahkan banyak yang minta. Mudah-mudahan saatnya air habis, sudah turun hujan,” kata dia. Seperti diketahui, Direktur Teknik PDAM Kota Cirebon, Hendra Yogiasa ST MM memperkirakan bahwa ketersedian air baku untuk kepentingan PDAM hanya cukup hingga bulan Oktober mendatang. Dengan kondisi kemarau seperti sekarang ini ketersedian air baku untuk PDAM sudah mulai berkurang hingga mendekati batas minimum. Sehingga diprediksi stok air baku yang ada hanya tersedia hingga Oktober. Dia mengungkapkan, bila setelah Oktober kondisinya masih kemarau seperti sekarang ini, bisa dipastikan pasokan air baku untuk PDAM akan terganggu. Bila pasokan air baku terganggu, maka secara tidak langsung produksi air bersih untuk pelanggan juga mengalami kekurangan. “Saat ini dengan kondisi ketersediaan air baku yang minimal saja sudah mulai terasa, apalagi bila nanti ketersediaan air baku PDAM benar-benar devisit, diprediksi pasokan air akan terganggu dan distribusi air otomatis juga terganggu,” ungkapnya. Dia mengimbau agar masyarakat mulai berhemat dalam menggunakan air, apalagi saat terjadi kekurangan air seperti sekarang ini. (yuda sanjaya)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: